Selasa, 09 Agustus 2011

MENGENAL ISLAM (MA’RIFATUL ISLAM)

MENGENAL ISLAM (MA’RIFATUL ISLAM)


Agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah adalah penyempurnaan atas agama-agama yang telah dibawa oleh para nabi dan rasul sebelumnya. Karena telah sempurna, tidak akan ada lagi agama baru. Islam adalah agama terakhir, yang berlaku hingga hari kiamat. Muhammad Agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah adalah penyempurnaan atas agama-agama yang telah dibawa oleh para nabi dan rasul sebelumnya. Karena telah sempurna, tidak akan ada lagi agama baru. Islam adalah agama terakhir, yang berlaku hingga hari kiamat. Muhammad shallallahu ’alaihi wasallam adalah nabi dan rasul terakhir, tidak ada lagi nabi dan rasul sesudahnya. Dan dengan kesempurnaannya, Islam ditujukan untuk seluruh umat manusia, bukan hanya untuk orang Arab saja.

Nama Islam menurut bahasa memiliki beberapa makna, yang menunjukkan sifat dari agama ini. Makna yang pertama adalah ketundukan. Dengan memeluk Islam, seorang manusia akan tunduk patuh kepada Tuhannya karena merasa bahwa ia hanyalah seorang hamba yang tidak memiliki apa-apa dihadapan kebesaran dan keagungan-Nya.

Makna yang kedua adalah berserah diri. Dengan memeluk Islam, seorang manusia telah menyerahkan dirinya kepada Allah karena merasa bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Kuasa, Dzat Yang Maha Mengatur, dan Dzat Yang Tidak Pernah Tidur. Ia yakin dan percaya bahwa Allah pasti senantiasa memberikan yang terbaik kepada hamba-hamba-Nya.

Makna yang ketiga adalah keselamatan. Islam adalah agama yang akan mengantarkan pemeluknya pada keselamatan yang hakiki, baik di dunia maupun di akhirat. Dan makna yang keempat adalah perdamaian. Ini artinya, Islam adalah agama yang tidak menginginkan terjadinya keonaran, kezhaliman, perusakan, dan anarki di muka bumi ini.

Karakteristik Islam


Pertama-tama, agama Islam mempunyai karakteristik rabbaniyah. Maksudnya, ajaran agama Islam seluruhnya bersumber dari Allah dan menjadikan keridhaan-Nya sebagai orientasi puncak. Namun pada saat yang sama, Islam juga memiliki karakteristik insaniyah. Artinya, Islam tidak pernah lepas dari sisi-sisi kemanusiaan manusia. Islam senantiasa selaras dengan fitrah manusia. Demikian pula, ajaran-ajarannya senantiasa membawa kemaslahatan dan kebahagiaan hakiki bagi manusia.

Selanjutnya, Islam adalah agama yang syamil: meliputi segala aspek kehidupan manusia. Dalam Islam tidak dikenal adanya pemisahan antara urusan agama dan urusan dunia. Islam mengatur segala hal mulai dari kehidupan pribadi sampai kehidupan sosial, mulai dari masalah-masalah yang kecil dan kelihatan sepele sampai masalah-masalah yang besar.

Islam adalah agama yang berkarakter wasath (pertengahan) dan tawazun (seimbang). Islam menjunjung tinggi keadilan, namun juga mengedepankan kasih sayang. Islam sangat mengedepankan spiritualitas, namun juga menganjurkan manusia untuk memenuhi hak-hak dunianya. Dalam Islam, setiap pemeluknya diharuskan untuk memenuhi hak dari segala sesuatu, sesuai dengan porsinya masing-masing. Islam tidak membenarkan sikap ekstrem, yakni berlebih-lebihan dalam satu hal seraya meninggalkan pemenuhan hak atas hal yang lainnya.

Islam adalah agama yang teguh namun juga lentur. Islam memiliki prinsip-prinsip yang harus dipegang dengan teguh. Prinsip-prinsip ini tidak pernah berubah, kapanpun dan dimanapun. Namun pada saat yang sama, Islam juga memiliki ruang yang luas untuk berkembang, sesuai dengan tuntutan ruang, waktu, situasi dan kondisi. Disinilah Islam akan menjadi menjadi sebuah sistem hidup yang akan selalu cocok untuk diterapkan kapanpun, dimanapun, dan dalam keadaan yang bagaimanapun.
Beberapa karakteristik diatas menjadikan Islam sebagai agama yang paling unggul. Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda, ”Islam adalah yang tertinggi dan tidak ada yang bisa menandingi ketinggiannya.”

Bangunan Islam


Jika diibaratkan bangunan, Islam adalah sebuah bangunan yang kuat dan indah. Bangunan Islam terdiri dari tiga bagian utama: pondasi, bangunan itu sendiri, dan elemen-elemen pelindung serta penguat. Pondasi bangunan Islam adalah aqidah. Aqidah ini harus benar-benar kuat karena ia adalah pondasi, yang diatasnya berdiri semua bagian-bagian bangunan lainnya. Jika sebuah pondasi rapuh, bagian-bagian bangunan yang lainnya pun akan labil dan mudah roboh.

Adapun bangunan Islam, yang berdiri diatas pondasinya, adalah ibadah dan akhlaq. Ibadah dalam konsepsi Islam meliputi segala aspek kehidupan: segala sesuatu yang mendatangkan kecintaan dan keridhaan Allah, baik itu perkataan maupun perbuatan, dan baik itu bersifat lahir maupun batin. Pendek kata, setiap gerak hidup kita haruslah bernilai ibadah. Sementara akhlaq adalah hal yang tidak terpisahkan dari ibadah. Semua bentuk ibadah senantiasa mengarah pada perbaikan akhlaq. Ibadah sholat misalnya, bertujuan untuk mencegah manusia dari perilaku yang keji dan munkar. Puasa bertujuan untuk memperkuat pengendalian diri. Zakat bertujuan untuk membersihkan jiwa dari sifat tamak dan kikir, serta meningkatkan kepedulian kepada sesama. Haji adalah sarana yang sangat baik untuk mendidik jiwa dalam meraih berbagai akhlaq yang mulia seperti pengorbanan, pengendalian diri, dan kerendahan hati.

Disamping itu, dalam bangunan Islam terdapat pula elemen-elemen pelindung dan penguat, yaitu: pembinaan (tarbiyah), dakwah, amar makruf nahi munkar, pergerakan dan perjuangan (jihad). Elemen-elemen ini bisa diringkas dalam dua kata kunci: dakwah dan jihad. Dakwah adalah sarana untuk melestarikan dan memperluas bangunan Islam. Sedangkan jihad adalah pelindung bagi dakwah. Jihad diperlukan ketika dakwah dihadang oleh unsur-unsur yang berusaha untuk menghadang, merintangi dan memberangusnya. Bentuknya pun bisa bermacam-macam: bisa dengan tulisan, kata-kata, bahkan peperangan.

Islam dan Umat Islam


”Al-Islamu mahjubun bil muslimin (Agama Islam terhalang oleh umatnya sendiri).” Itulah barangkali ungkapan yang paling tepat untuk menggambarkan Islam dan umat Islam saat ini. Memang benar Islam adalah agama yang sempurna dan paling unggul, namun bagaimana dengan umatnya? Apakah juga demikian?
Banyak sekali ajaran-ajaran dan nilai-nilai Islam yang tidak diterapkan dan diamalkan oleh umatnya sendiri. Bagaimana mungkin negeri kita yang mayoritas muslim menjadi negeri yang penuh dengan korupsi, kolusi, kebodohan, keterbelakangan dan krisis moral, sementara agama Islam jelas-jelas mengharamkan semua hal tersebut? Mengapa justru terkadang pemerintahan yang bersih dan efisien, kedisiplinan, budaya hidup bersih dan sehat, etos kerja yang tinggi, budaya gemar membaca dan belajar justru ada dalam masyarakat non-muslim? Tidak salah barangkali ungkapan yang mengatakan: ”Umat Islam terbelakang karena meninggalkan agamanya, dan umat lain maju karena juga meninggalkan agamanya.”

Karena itu, sekarang ini kita tidak cukup sekadar berbangga bahwa Islam adalah yang tertinggi, namun kita juga harus benar-benar menerapkan Islam dalam kehidupan. Kita hendaknya berusaha untuk menerapkan Islam secara keseluruhan dan tidak setengah-setengah. Kita tidak hanya menjadi muslim yang taat ketika ada didalam masjid, namun kita berusaha untuk menjadi muslim yang taat dimana saja: di rumah, di kantor, di pasar, di jalan, dan dimanapun juga. ”Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian kedalam Islam secara keseluruhan.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar