Selasa, 09 Agustus 2011

Kekuatan Ilmu Islam


Di dalam kitab suci Al Quran, banyak kita temui ayat-ayat yang memiliki maksud:
“Mengapa kamu tidak menggunakan akal.”
“Mengapa kamu tidak berfikir.”
“Mengapa mereka tidak mengambil perhatian (pengajaran).”
Firman Allah SWT:

قُلْ سِيرُوا فِي الأرْضِ ثُمَّ انْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ

Artinya: “Hendaklah kamu berjalan di atas muka bumi kemudian maka kamu lihatlah betapa kesudahan mereka yang berdusta.” (Al An’am: 11)

Dalam mencari ilmu dan pengalaman, umat Islam ada dua dorongan yaitu dorongan fitrah dan dorongan imannya. Keinsafan dan kesadaran juga merupakan dorongan. Pada orang lain hanya ada satu dorongan. Kalau ibarat kendaraan, orang yang bukan Islam hanya ada satu mesin, sedangkan orang Islam memiliki dua mesin. Tentunya kendaraan dua mesin lebih kencang daripada kendaraan yang mesinnya satu.

Karena itulah umat Islam di zaman imannya kuat dan ketaqwaannya tebal yaitu di zaman Rasulullah SAW, zaman Sahabat, zaman Tabiin dan zaman Tabi‘it Tabiin, mereka sangat cepat menguasai ilmu dan pengalaman dibandingkan bangsa-bangsa lain sebelum kedatangan Islam seperti Rom, Parsi dan juga bangsa China. Umat Islam dapat menguasai ilmu dalam masa yang singkat karena ada dua dorongan seperti yang telah disebutkan tadi. Akhirnya umat Islam menguasai politik dunia dan ilmu pengetahuan. Mereka menjadi guru kepada bangsa-bangsa di dunia. Mereka dikagumi dan dihormati bahkan disayangi karena mereka membawa bersama akhlak mulia yang dipimpin oleh wahyu.

Mula-mula umat Islam menumpukan sepenuh masa mengkaji ilmu wahyu (Al Quran dan Sunnah). Ilmu wahyu inilah sebagai asas ilmu umat Islam karena ilmu wahyu merupakan ilmu dunia Akhirat kepada umat Islam. Mereka menghafal, menghayati, mengamalkan serta memperjuangkan. Mereka berlomba-lomba mengembangkan dan menyampaikan kepada kaum-kaum dan bangsa-bangsa di dunia di waktu itu.

Setelah benar-benar matang dan mantap ilmu wahyu itu serta telah tersebar luas, maka umat Islam pun meneroka ilmu-ilmu di luar Islam. Bermula di zaman kerajaan Abbasiah, mereka menterjemahkan kitab-kitab orang Rom, bangsa Yunani, Parsi dan lain-lain lagi. Mereka mengkaji, menilai, menyaring dan memperluaskan ilmu yang tidak bercanggah dengan ajaran Islam. Mereka jadikan ilmu itu hak milik mereka sehingga ia jadi satu cabang dari ilmu Islam seperti ilmu mantik. Maka lahirlah ahli-ahli falsafah Islam, ahli-ahli perubatan, ahli kimia, ahli geografi, ahli falak, ahli sejarah, ahli sains dan lain-lain lagi.

Akhirnya ilmu umat Islam menggabungkan ilmu wahyu dengan ilmu akal. Ilmu nakli bergabung dengan ilmu akli. Maka bertambah luas lagi ilmu umat Islam. Ilmu wahyu atau nakli membangunkan jiwa mereka. Ilmu akli membangunkan akal dan material mereka. Lahirlah tamadun lahir dan tamadun batin atau tamadun dunia dan tamadun Akhirat. Juga disebut tamadun material dan tamadun spiritual atau rohani. Tamadun kebendaan dan tamadun akhlak atau tamadun ekonomi dan tamadun budi pekerti. Bergabunglah kebaikan dunia dengan kebaikan Akhirat. Sesuai dengan doa yang diajarkan oleh Allah yang Maha Agung melalui firman Allah dalam Al Quran:

وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Artinya: “Wahai Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di Akhirat, dan peliharalah kami dari azab Neraka.” (Al Baqarah: 201)

Waktu itu keperluan-keperluan kehidupan mereka mewah, ibadah mereka mewah dan budi pekerti mereka juga mewah. Mereka sangat mewah dengan sifat-sifat pemurah, timbang rasa, bertolak ansur, malu, sopan santun, merendah diri, bekerjasama, tolong menolong, mengutamakan orang lain, ziarah-menziarahi, nasihat-menasihati, memberi dan menerima serta hormat-menghormati.

Sajak 1
Ilmu Melahirkan Tamadun

Ilmu pengetahuan perlu dicari
Jangan diabaikan dan dicuaikan
Setelah dapat, perlu diamalkan
Ia akan melahirkan kemajuan
Ilmu tauhid, ilmu pembangunan
Dua ilmu ini mesti digabungkan
Agar pembangunan bertunjangkan iman
Itulah yang disuruh oleh Tuhan
Ilmu adalah harta
Lebih baik daripada uang
Dengan ilmu mendapatkan harta
Tapi harta tidak mendapatkan ilmu
Tiada ilmu tiada kemajuan
Bagaimana hendak membangunkan bangsa
Ada ilmu ada kemajuan
Dengan ilmu boleh jadi bangsa maju
Kemajuan perlu dibangunkan
Pembangunan perlu ada ilmu
Satu bangsa tiada kemajuan,
selamanya jadi bangsa terhina

Sajak 2
Kehebatan Ilmu Orang Bertaqwa

Banyak orang dapat jadi pandai hasil membaca dan belajar
Berbagai-bagai ilmu dia perolehi
hasil membaca dan belajar tanpa jemu-jemunya
Tapi jarang orang yang cerdik dan pintar
Cerdik dan pintar adalah kekuatan IQ bawaan
serta selalu akalnya dibawa berfikir dan berfikir
dan memproses ilmu yang diperolehinya
Gabungan pandai dan cerdik ia akan jadi genius
Orang yang pintar orang yang luar biasa namanya
Genius ini orang Islam boleh dapat
orang bukan Islam pun dapat memperolehinya
Di atas genius hanya didapati dan diperolehi
oleh orang yang bertaqwa saja
Saya pun tidak tahu apakah istilah
yang patut diberikan kepadanya?
Kalau para-para Rasul karena terlalu pandai
dan cerdiknya dipanggil fathonah
Selain Rasul tidak boleh disifatkan dengan fathonah
karena ia khususiah bagi mereka
Sementara mencari istilah orang yang bertaqwa
dapat disifatkan di atas genius
dan di bawah fathonah
Orang bertaqwa itu gabungan cerdik dan pintar
serta pandai ia ditunjangi oleh rohnya yang bersih
yang diberi ilham oleh Tuhan
Dia dapat ilmu di dalam ilmu,
ilmu yang tersirat diberi faham,
hasilnya dapat ilmu hikmah
Tuhan berkata sesiapa dapat ilmu hikmah
sesungguhnya mendapat ilmu yang banyak
Sesiapa yang bertaqwa dia diajar oleh Tuhannya
Ilmunya ada yang tersurat
ada yang tersirat diperolehinya
Dia direzekikan ilmu yang halus dan seni-seni
Orang lain tidak dapat menerokanya,
dia dapat menyelaminya
Karena dia dapat ilmu tambahan dari Tuhan
selain ilmu usaha (kasbi) dari titik peluhnya
Orang yang cerdik dan pandai
kalau tidak dipimpin oleh hatinya yang bersih,
selalunya tersalah berfikir
dan tersasar pandangannya
Adakalanya hingga fikirannya tersesat jalan
menuju Tuhannya
Perlu diingat orang yang sibuk membersihkan hatinya
tapi lupa mengasah akal fikirannya
dia jadi beku dan pasif
Orangnya baik, tinggi akhlaknya,
tapi orang tidak rujuk kepadanya,
kecuali sekitar fardhu ain dan hukum-hakam saja
Untuk ilmu seluruh kehidupan atau global
dia tidak mampu menjawabnya
Dia selamat tapi tidak dapat menyelamatkan orang lain
Kalau dia ulama, dia hanya ulama yang berwatak nabi
Ilmunya di dalam ilmu, atau ilmu yang tersirat
atau ilmu hikmah sudah lama hilang
di kalangan umat Islam
Waktu Dhuha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar