Jumat, 09 November 2012

"YESUS – ANAK SIAPA?"










Asal usul (parentage) atau dugaan asal-usul Yesus. Landasan keimanan kaum kristiani sekarang adalah, Yesus merupakan peranakan tuhan (begotten son of God) secara literal (zhahir) dan oknum kedua dari ketuhanan Trinitas. Apabila landasan ini diganggu, padahal ini merupakan landasan keimanan Kristen, maka agama Kristen itu sendiri akan runtuh. Apabila landasannya solid dan ’testimoni’ (kesaksian)-nya konsisten, maka agama kristen pada realitanya telah membuktikan kasusnya melampaui keragu-raguan yang beralasan. Sebelum saya mencuplik dari Bibel, saya ingin menjelaskan bahwa ayat-ayat dari Bibel ini ditulis dalam Bahasa Inggris. Padahal Injil (Gospel) itu sendiri, pertama kali ditemukan tertulis dalam Bahasa Yunani, bukan dalam bahasa lisan Yesus sendiri, yaitu Aramaik. Hal ini telah diketahui secara umum oleh para ilmuan Bibel. Tidak ada satupun teks asli Aramaik atau Hebrew (Ibrani) yang eksis sehingga terjemahan Yunani dan Inggris tersebut bias diperiksa ulang (cross-reference).

Padahal, orang yang mempelajari berbagai macam bahasa akan mengatakan kepada anda, bahwa bahasa dapat kehilangan atau mendapatkan penambahan banyak makna pada sebuah terjemahan. Hal ini merupakan hal yang kritis apabila terdapat pada sebuah kitab suci. Kata ’Son’ (anak), bisa jadi memiliki makna konotatif yang berbeda secara total ketika diterjemahkan dari Aramaik ke Yunani lalu ke Inggris. Rasanya suatu hal yang sulit untuk membawa makna bahasa timur ke dalam bahasa Inggris tanpa kehilangan atau mendapatkan penambahan sesuatu makna yang tidak diinginkan. Hal yang sama juga berlaku pada kata ’Lord’ (tuhan/tuan).

Ayat yang seringkali dinukil oleh kaum Kristiani dalam rangka menyokong pendapat mereka bahwa Yesus adalah tuhan anak yang bersifat ketuhanan secara literal adalah, Injil Yohannes (John) 3:16 yang dikatakan :
”For God so loved the world, that he gave his only begotten son, that whosoever in him should not perish, but have everlasting life.” (John 3:16) – KJV [King James Version].

“Tuhan begitu mencintai dunia yang ia berikan hanya kepada anak peranakannya satu-satunya, bahwa siapa saja yang berada di dalamnya tidak akan binasa, namun memiliki hidup yang kekal abadi.” (Yohannes 3:16) [Versi King James]

Sekarang, ayat ini adalah ayat yang secara tegas dan terang maknanya serta apa yang ada di dalam ayat yang tengah disampaikan ini jelas.

Pertama kali yang harus diperhatikan, bahwa ayat ini tidak dinisbatkan kepada Yesus dan tidak pula merupakan penukilan dari ucapan Yesus. Ini adalah ayat yang ditulis oleh orang lain. Ayat ini disandarkan kepada seseorang yang bernama John (Yohannes). Yohannes adalah Injil (Gospel) terakhir yang ditulis dan tidak ada seorangpun yakin secara pasti, Yohannes manakah yang dimaksudkan. Injil Yohannes ditulis pada sekitar tahun 100 M di Ephesus, kurang lebih 70 tahun setelah zamannya Yesus, sebagaimana yang ditunjukkan oleh Adolf Harnack di dalam bukunya “What is Christianity?” :

“The fourth Gospel does not emanate or profess to emanate from the apsotle John, who cannot be taken as an historical authority… the author of the fourth Gospel acted with sovereign freedom, trans-posed events and put them in a strange light.”

“Injil keempat, tidaklah berasal dan tidak pula diakui berasal dari rasul Yohannes, yang tidak dapat dianggap sebagai suatu sumber sejarah… penulis Injil keempat ini bertindak dengan kekuasaan bebas, mengubah urutanurutan kejadian dan meletakkannya pada pandangan yang aneh.”

Injil Yohannes dianggap sebagai Injil terbaik yang pernah ditulis. Berdasarkan Acts (kitab amalan) 4:13, Peter dan Yohannes adalah orang yang bodoh (ignorant/jahil) dan orang tidak berpendidikan. Injil Yohannes ditulis sebagai suatu bentuk drama, lapisan-lapisan terbentang dari sebuah irama resolusi dan emosi. Tidak ada satupun yang dapat diketahui dapat dihasilkan oleh orang yang tidak berpendidikan, kecuali anggapan ‘ia (Yohannes) diinspirasi oleh Tuhan…’ dan inilah yang sering didengar sebagai suatu argumentasi.

Mereka berragumentasi, ‘Lihat al-Qur`an anda dan syair-syairnya yang menakjubkan. Muslim mengklaim bahwa Muhammad (Shallallahu ‘alaihi wa Sallam) adalah seorang yang tidak berpendidikan (buta huruf), namun lihatlah al-Qur`an…’

Namun, masalah argumentasi ini adalah, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam adalah seorang figur yang benar-benar dikenal dan sejarahnya terdokumentasi. Sejarah telah mengenal Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam sebagai seorang manusia yang secara nyata-nyata hidup, mengajar dan merubah masyarakatnya. Ucapan-ucapan beliau pun terdokumentasi. Bahkan al-Qur`an tidak hanya dihafal oleh Nabi sendiri, namun juga oleh sahabat-sahabat beliau. Seorang sejarawan sekulerpun harus mengakui hal ini.

Sedangkan pribadi Yohannes tidak disokong oleh satupun bukti sejarah yang terdokumentasi. Sejarawan Bibel sendiri berdebat tentang, apakah Yohannes sang rasul (apostle) adalah orang yang sama dengan Yohannes yang menulis kitab Bibel ini. Berdasarkan ‘Black Bible Dictionary’, Yohannes dipenggal kepalanya sebelum tahun 70 M, sedangkan hubungan manuskrip Injil Yohannes pertama di Ephesus sekitar tahun 100 M akan sangat sulit ditentukan. Jadi, mari kita menengok kembali ayat yang dimaksud :
”For God so loved the world, that he gave his only begotten son, that whosoever in him should not perish, but have everlasting life.” (John 3:16) – KJV [King James Version].

“Tuhan begitu mencintai dunia yang ia berikan hanya kepada anak peranakan-Nya satu-satunya, bahwa siapa saja yang berada di dalamnya tidak akan binasa, namun memiliki hidup yang kekal abadi.” (Yohannes 3:16) [Versi King James]

Ujian sesungguhnya dari ayat di atas adalah kekonsistensiannya dengan ayat-ayat lainnya di dalam Bibel, dimana kaum Kristiani mengklaim menerima keseluruhannya. Sebagaimana anda dapat lihat, ayat tersebut berbunyi “…only begotten son…” [satu-satunya anak peranakannya], namun ketika kita meninjau Psalms (Mazmur) 2:7, Dawud (David) mengatakan :
“…the Lord said unto me, Thou art my son; this day have I begotten thee.”

“...Tuhan berfirman padaku, kau adalah anak-Ku; hari ini engkau telah kuperanakkan.”

Ini sungguh merupakan ketidaksesuaian yang serius bagi para pembaca Bibel yang jujur. Siapakah yang mengatakan kebenaran, Dawud ataukah si misterius Yohannes? Bisakah kita menyandarkan kebenaran kepada Mazmur, ataukah kepada Injil Yohannes? Apakah ayat dalam Injil Yohannes tersebut bermakna literal (zhahir) sedangkan Mazmur bermakna figuratif (kiasan), ataukah sebaliknya?

Yesus memiliki banyak ‘bapa’ (father) di dalam Perjanjian Baru. Baris pertama pada Perjanjian Baru berbunyi :
“The book of the generation of Jesus Christ, the son of David, the son of Abraham.” (Matt 1:1)

“Kitab generasi Yesus Kristus, putera Dawud, putera Ibrahim.” (Matius 1:1)

Apakah kita menerima (dari ayat di atas) makna literal ataukah kiasannya? Apabila kita mengasumsikan bahwa ayat tersebut hanya bermakna ’spritual son’ (anak ruhani) dari Dawud, lantas mengapa kita tidak boleh pula mengasumsikan yang sama ketika Yesus menyebut Tuhan dengan sebutan ’Bapa’? Menurut penyataan perjanjian baru yang dinisbatkan kepada Yesus, beliau berkata :
”…Be ye therefore perfect, even as your father which is in heaven is perfect.” (Matt 5:48)

“…Hanya milik-Mulah kesempurnaan, bahkan Bapamu yang berada di Surga yang maha sempurna.” (Matius 5:48)

Sebagaimana pula ayat :
“After this manner therefore pray ye: our father…” (Matt 6:9)

“Setelah kelakuan ini, untuk itu harapan ini untukmu: Bapa kami (Matius 6:9)

Dan untuk menegaskan hubungan spiritual orang-orang yang shalih :
“For whosoever shall do the will of my Father which is in heaven, the same is my brother, and sister, and mother.” (Matt 12:50)

“Bagi siapa saja yang bersedia melaksanakan keinginan Bapa-ku yang berada di Surga, yang sama dengan saudara lelakiku, saudari perempuanku dan ibuku.” (Matius 12:50)

Ayat ini menggunakan kata ‘Bapa’ (Father), namun pada Markus 3:35 dikatakan :
“For whosoever does the will of God, the same is my brother, and my sister, and mother.”

“Bagi siapa saja yang melaksanakan keinginan Tuhan, yang sama dengan saudara lelakiku, saudara wanitaku dan ibuku.”

Berapa kali di dalam Perjanjian Baru kata ‘Bapa’ digunakan untuk menjelaskan ‘Tuhan’? Apabila kata ‘Bapa’ telah menempati kata ‘Tuhan’ pada ayat ini, lantas berapa banyak lagi ayat-ayat lainnya yang telah ditarik ulur? Ayat ini tidak menunjukkan adalah hubungan literal yang terang untuk dilihat dan difahami.

Ayat lain menjelaskan Dawud sebagai Bapa-nya Yesus,
“… And the Lord God shall give unto him the throne of his father David.” (Luke 1:32)

“… Dan Tuhan Allah akan memberikan kepadanya singgasana bapaknya, Dawud.” (Lukas 1:32).

Sekarang, apabila Tuhan adalah Ayah dari Yesus secara fisik dan literal, bukankah akan tidak masuk akal memperbedakan perbedaan ayat ini yang menyatakan bahwa Yesus memiliki hubungan dengan Dawud sebagai ayahnya?

Taruhlah kita asumsikan bahwa Yesus difahami sebagai anak Tuhan pada ayat ini, dan revisi ayat ini juga menyatakan ide yang sama. Ayat tersebut akan berbunyi,
“…And his father, the Lord God shall give unto him the throne of this father David…”

“...Dan Bapa-nya Tuhan Allah akan memberikan kepadanya singgasana bapaknya, Dawud...”

Tentu saja hal ini adalah suatu hal yang tidak masuk akal sama sekali dan para penulis (Bibel) mengetahui hal ini. Penulis ayat ini tahu, bahwa untuk membuat ayat ini masuk akal, hanya satu saja yang dapat dihubungkan kepada Yesus sebagai ‘Bapa’-nya. Dan oleh karena legitimasi misi Yesus harus menyempurnakan misi Dawud, menurut Bibel, maka adalah lebih hati-hati untuk menghubungkan Yesus sebagai pewaris Dawud ketimbang memasukkan ayat tersebut kepada dogma ‘anak Tuhan’.

Suatu hal yang aneh adalah, bahwa di dalam Injil Matius dan Lukas, genealogi (silsilah keturunan) Yesus berasal dari Yusuf (Joseph) sebagaimana Yusuf sendiri memiliki hubungan darah dengan Yesus. Yesus dianggap telah dikandung di dalam rahim Maryam (Mary) secara ketuhanan tanpa ada campur tangan suami secara alami dari Yusuf. Lantas, bagaimana bagaimana bisa silsilah Yesus secara logis kembali kepada Dawud melalui Yusuf? Di dalam Lukas 2:41, dinyatakan :
“Now his parents went to Jerussalem every year at the feast of the passover.”

“Sekarang orang tuanya pergi ke Yerusalem setiap tahun di festival hari raya (orang Yahudi).”

Apakah orang tuanya adalah Maria dan Yusuf? Satusatunya cara yang setiap orang dapat memastikan siapa orang tua Yesus adalah Maryam, namun tidak ada satupun ayat di Bibel yang menyatakan bahwa Yesus adalah anak Maryam di dalam Bibel. Sedangkan al-Qur`an lebih konsisten dan jelas di dalam masalah ini. Yesus ditunjukkan sebagai al-Masih Isa bin Maryam atau sang Mesias (Kristus) Yesus, putera dari Maria.

“(Ingatlah), ketika malaikat berkata: "Hai Maryam, seungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat dari-Nya (yaitu kalimat “kun fayakun”/”Jadi maka jadilah”), namanya Al masih Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah).” (QS Ali ‘Imran : 45)

Menurut Bibel, Tuhan bahkan memiliki lebih dari satu anak. Dalam kitab Ayyub (Job) 2:1 dikatakan :
”Again there was a day when sons of God came to present themselves before the Lord…”

“Ada sebuah hari lagi dimana anak-anak Tuhan dating mempersembahkan diri mereka sebelum Tuhan Allah…”

Ayat ini merupakan kontradiksi untuk kesekian kalinya dari ayat “...only begotten son…” (hanya satu-satunya anak) yang dinyatakan Yohannes 3:16. Namun, tunggu dulu! masih ada lainnya. Setelah menjejak silsilah keturunan Yesus yang semuanya kembali kepada Adam, dinyatakan :
“…Which was the son of Enos, which was the son of Seth, which was the son of Adam, which was the son of God.” (Luke 3:38)

“…Yang merupakan putera dari Enos, putera dari Seth, putera dari Adam, yang merupakan putera dari Tuhan.” (Lukas 3:38).

Jadi, siapa ayah sejatinya Yesus dan siapa anak sejatinya Tuhan, mohon harap berdiri! Ini benar-benar memusingkan bagi rata-rata para pembaca Bibel. Masalahnya terbentang pada interpretasi (penafsiran) manuskrip yang hilang yang telah diterjemahkan secara kasar atau adanya mistranslasi sepanjang waktu. Ada pula suatu pesan secara alegoris (kiasan) pada buku-buku ini (yaitu Bibel) yang telah diinterpretasikan dan diajarkan secara literal.

Selain itu juga adanya konsesi (kelonggaran) yang dibuat oleh Gereja Pauline di masa awal, yang menyederhanakan ajaran Yesus, sehingga sesuai dengan selera kaum paganis (berhalais) di Eropa dan Asia Barat. Melewati berbagai bentuk peribadatan masyarakat kuno, ada agama-agama dari keturunan Tuhan Agung yang memiliki sifat ketuhanan. Wilayah-wilayah Siria, Yunani dan Romawi, adalah negeri yang mepraktekkan pagan yang menyembah sesama manusia yang mereka anggap sebagai inkarnasi Tuhan.

Ritual kuno yang menyembah Mithraism (Dewa Matahari), Attis, Adonis, Diana, Dionysus dan masih banyak lagi, semuanya dijalankan di negeri yang disebut dengan negara gentile (negara kafir/non Yahudi) yang mana Gereja Pauline berhasrat untuk membawa mereka semua masuk ke dalam agama mereka. Semua agama paganis ini, mengandung unsur-unsur yang pada saat itu menyusun agama Kriten. Namun hal ini ada pembahasannya tersendiri.