Minggu, 14 Agustus 2011

"Kekeliruan Pluralisme dan JIL – Hanya Islam Agama yang Benar!"


Belakangan ada pendapat yang mengatakan bahwa semua agama itu sama atau benar, cuma beda “teknis pelaksanaannya.” Menurut mereka, jika semua penganut agama, entah itu Yahudi atau Nasrani, beriman, maka mereka semua masuk surga. Mereka memakai ayat seperti di bawah ini sebagai argumen mereka:
“Sesungguhnya orang-orang mu’min, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” [Al Baqoroh:62]
Pendapat mereka separuh benar. Orang Yahudi, Nasrani, dan Shabiin yang dimaksud adalah mereka yang hidup ketika Nabi Muhammad dan Al Qur’an belum diturunkan dan mereka benar-benar “Beriman kepada Allah.” Pada saat itu, karena Nabi Muhammad belum ada, mereka berpegang teguh pada Kitab yang diturunkan pada mereka tanpa mengubah maknanya atau mentafsirkan sesuai hawa nafsu mereka serta patuh pada Nabi yang diutus pada mereka (Daud, Musa, Isa, dan lain-lain).
Begitu Nabi Musa diutus, maka orang yang beriman pada Allah dan Rasulnya, yaitu Musa, serta beriman dan menjalankan perintah Taurat, maka mereka adalah orang yang beriman. Yang ingkar kepada Nabi Musa dan kitab suci Taurat adalah orang yang kafir.
Begitu Nabi Isa diutus, maka orang yang beriman pada Allah dan Rasulnya, yaitu Isa, serta beriman dan menjalankan perintah Injil, maka mereka adalah orang yang beriman. Yang ingkar kepada Nabi Isa dan kitab suci Injil adalah orang yang kafir.
Tapi begitu Nabi Muhammad telah diutus kepada mereka, wajiblah mereka beriman baik kepada Ke-Nabian Muhammad, maupun pada Kitab Suci Al Qur’an yang diturunkan Allah. Ini adalah konsekwensi jika mereka BERIMAN kepada ALLAH. Jika mereka mengingkari, berarti mereka kafir kepada Allah atau tidak beriman kepada Allah.
Sebagai contoh, dulu Abu Bakar, Umar, Hamzah, dan lain-lain adalah penyembah berhala, selain itu ada juga sahabat Nabi yang menganut agama Yahudi atau Nasrani. Begitu Nabi Muhammad diutus oleh Allah, dan mereka beriman kepada Allah, utusan Allah, dan kitab suci Allah (Al Qur’an), maka mereka adalah orang-orang yang beriman. Kalau ingkar, ya kafir namanya.
“Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kepada Al Qur’an yang diturunkan Allah”, mereka berkata: “Kami hanya beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami”. Dan mereka kafir kepada Al Qur’an yang diturunkan sesudahnya, sedang Al Qur’an itu adalah (Kitab) yang hak; yang membenarkan apa yang ada pada mereka. Katakanlah: “Mengapa kamu dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika benar kamu orang-orang yang beriman?” [Al Baqoroh:91]
Ayat Al Qur’an yang di bawah menegaskan bahwa ketika Muhammad datang wajiblah seluruh manusia beriman kepadanya dan mengikuti ajarannya. Jika tidak, berarti mereka bukan saja kafir kepada Muhammad, tapi juga kafir kepada Allah. Dengan demikian, mereka bukan lagi orang yang disebut beriman kepada Allah sebagaimana yang disebut dalam surat Al Baqoroh ayat 62.
“Wahai manusia, sesungguhnya telah datang Rasul (Muhammad) itu kepadamu dengan (membawa) kebenaran dari Tuhanmu, maka berimanlah kamu, itulah yang lebih baik bagimu. Dan jika kamu kafir, (maka kekafiran itu tidak merugikan Allah sedikitpun) karena sesungguhnya apa yang di langit dan di bumi itu adalah kepunyaan Allah. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” [An Nisaa':170]
Ayat Al Bayyinah 1-6 menjelaskan bahwa Ahli Kitab (kaum Yahudi dan Nasrani) yang mengingkari Nabi Muhammad dan Al Qur’an sebagai orang yang kafir dan akan masuk neraka, bukan surga sebagaimana pendapat segelintir orang:
“Orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata,”(yaitu) seorang Rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran yang disucikan (Al Qur’an), di dalamnya terdapat (isi) kitab-kitab yang lurus.
Dan tidaklah berpecah belah orang-orang yang didatangkan Al Kitab (kepada mereka) melainkan sesudah datang kepada mereka bukti yang nyata.
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.
Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. [Al Bayyinah:1-6]
Allah juga menegaskan bahwa agama yang diterima di sisi Allah hanyalah Islam:
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.” [Ali Imron:19]
Jadi jika kita tidak mengambil ayat Al Qur’an sepotong-sepotong, niscaya kita dapat lebih memahami maksud ayat yang sebenarnya. Ibarat puzzle, satu potong saja tidak bisa memperlihatkan keseluruhan gambar yang sebenarnya.
Jika ada beberapa ulama atau cendekia Muslim yang berbeda pendapat, hendaknya kita tidak taqlid atau membeo saja pada mereka tanpa mengkaji ayat-ayat Al Qur’an dan Hadits untuk menyelidiki siapa yang benar.
“… Pada suatu hari, ketika Rasulullah s.a.w berada bersama kaum muslimin, datang seorang lelaki kemudian bertanya kepada Nabi: Wahai Rasulullah! Apakah yang dimaksudkan dengan Iman? Lalu Nabi bersabda: Kamu hendaklah percaya yaitu beriman kepada Allah, para Malaikat, semua Kitab yang diturunkan, hari pertemuan denganNya, para Rasul, percaya kepada Hari Kebangkitan, dan percaya kepada takdir yang baik atau yang buruk.” [Bukhori-Muslim]
Dari hadits di atas, kita bisa mengetahui bahwa keimanan itu meliputi 6 masalah, di antaranya, selain percaya kepada Allah juga percaya kepada Nabi dan Kitab Sucinya. Jika ada yang mengingkari Nabi Muhammad dan Al Qur’an, maka mereka bukanlah orang yang beriman.
Ummat Nasrani menyembah 3 oknum sebagai Tuhannya, yaitu Tuhan Bapa, Tuhan Anak, dan Roh Kudus. Adakah agama itu sama dengan agama Islam yang justru memerintahkan kita untuk menyembah hanya Satu Tuhan, yaitu Allah semata?
“Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”. [Al Ikhlas 1:4]
Berdasarkan ayat di atas, samakah agama Islam dengan agama Nasrani? Beda bukan? Jadi secara prinsip, agama kita jauh berbeda dengan agama mereka. Kita dilarang menyembah tuhan-tuhan yang mereka sembah selain Allah:
“Katakanlah: “Sesungguhnya aku dilarang menyembah tuhan-tuhan yang kamu sembah selain Allah”. Katakanlah: “Aku tidak akan mengikuti hawa nafsumu, sungguh tersesatlah aku jika berbuat demikian dan tidaklah (pula) aku termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk”.” [Al An'am:56]
“Katakanlah (ya Muhammad): “Sesungguhnya aku dilarang menyembah sembahan yang kamu sembah selain Allah setelah datang kepadaku keterangan-keterangan dari Tuhanku; dan aku diperintahkan supaya tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam.” [Al Mu'min:66]
Bahkan dalam ayat An Nisaa:171, Allah menegur Ahli Kitab karena menyembah Isa sebagai Tuhan:
“Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, `Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: “(Tuhan itu) tiga”, berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara.” [An Nisaa:171]
Dalam surat Al Kafiruun juga ditegaskan bahwa dalam soal Aqidsh/Tauhid, tidak ada kompromi, sehingga ummat Islam diperintahkan agar berkata:
“Katakanlah: Hai orang-orang Kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak akan menyembah apa yang kamu sembah…Bagimu agamamu dan bagiku agamaku”
Toleransi antar ummat beragama memang harus dijalankan, karena Al Qur’an sendiri mengatakan tidak ada paksaan dalam beragama.
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat….” [Al Baqoroh:256]
Sebaliknya ummat Islam tidak boleh berlebihan menyatakan bahwa semua agama itu benar, karena itu sudah merupakan perusakan terhadap aqidah.
Ummat Nasrani sendiri giat mendirikan banyak gereja, lembaga pendidikan, serta lembaga missionaris dan mengirim missionaris dari berbagai penjuru dunia (Amerika dan Eropa) ke Indonesia untuk meng-Kristen-kan penduduk Indonesia. Hal itu tentu tidak akan mereka lakukan jika mereka meyakini bahwa semua agama itu sama, sebagaimana yang dilakukan oleh segelintir orang yang mengaku beragama Islam.

Sumber : http://blog.wiemasen.com/islam-agama-yang-benar/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar