Assalamu'alaykum Wr. Wb.
"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu
semuanya kedalam Islam secara kaffah, dan janganlah kamu turut langkah-langkah
syaithan. Sesungguhnya dia itu musuh yang nyata bagimu."
(Qs. al-Baqarah 2:208)
(Qs. al-Baqarah 2:208)
Ayat diatas merupakan seruan, perintah dan juga
peringatan Allah yang ditujukan khusus kepada orang-orang yang beriman, yaitu
orang-orang yang mengakui Allah sebagai Tuhan satu-satunya dan juga mengakui
Muhammad selaku nabi-Nya agar masuk kedalam agama Islam secara kaffah dan agar
mau melakukan intropeksi diri, sudahkah kita benar-benar beriman didalam Islam
secara kaffah ?
Allah memerintahkan kepada kita agar melakukan
penyerahan diri secara sesungguhnya, lahir dan batin tanpa syarat hanya
kepada-Nya tanpa diembel-embeli hal-hal yang bisa menyebabkan ketergelinciran
kedalam kemusryikan.
Bagaimanakah jalan untuk mencapai Islam Kaffah
itu sesungguhnya ?
al-Qur'an memberikan jawaban kepada kita :
al-Qur'an memberikan jawaban kepada kita :
"Hai orang-orang yang beriman, taatlah kamu
kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling darinya, padahal kamu
mengerti." (Qs. al-Anfaal 8:20)
Jadi Allah telah menyediakan sarana kepada kita
untuk mencapai Islam yang kaffah adalah melalui ketaatan kepada-Nya dan kepada
Rasul-Nya serta tidak berpaling dari garis yang sudah ditetapkan.
Taat kepada Allah dan Rasul ini memiliki aspek
yang sangat luas, akan tetapi bila kita mengkaji al-Qur'an secara lebih mendalam
lagi, kita akan mendapati satu intisari yang paling penting dari ketaatan
terhadap Allah dan para utusan-Nya, yaitu melakukan Tauhid secara
benar.
Tauhid adalah pengesaan kepada Allah.
Bahwa kita mengakui Allah sebagai Tuhan yang Maha Pencipta yang tidak memiliki serikat ataupun sekutu didalam zat dan sifat-Nya sebagai satu-satunya tempat kita melakukan pengabdian, penyerahan diri serta ketundukan secara lahir dan batin.
Bahwa kita mengakui Allah sebagai Tuhan yang Maha Pencipta yang tidak memiliki serikat ataupun sekutu didalam zat dan sifat-Nya sebagai satu-satunya tempat kita melakukan pengabdian, penyerahan diri serta ketundukan secara lahir dan batin.
Seringkali manusia lalai akan hal ini, mereka
lebih banyak berlaku sombong, berpikiran picik laksana Iblis, hanya menuntut
haknya namun melupakan kewajibannya. Tidak ubahnya dengan orang kaya yang ingin
rumahnya aman akan tetapi tidak pernah mau membayar uang untuk petugas
keamanan.
Banyak manusia yang sudah melebihi
Iblis.
Iblis tidak pernah menyekutukan Allah, dia hanya berlaku sombong dengan ketidak patuhannya untuk menghormati Adam selaku makhluk yang dijadikan dari dzat yang dianggapnya lebih rendah dari dzat yang merupakan sumber penciptaan dirinya.
Iblis tidak pernah menyekutukan Allah, dia hanya berlaku sombong dengan ketidak patuhannya untuk menghormati Adam selaku makhluk yang dijadikan dari dzat yang dianggapnya lebih rendah dari dzat yang merupakan sumber penciptaan dirinya.
Manusia, telah berani membuat Tuhan-tuhan lain
sebagai tandingan Allah yang mereka sembah dan beberapa diantaranya mereka
jadikan sebagai mediator untuk sampai kepada Allah. Ini adalah satu kesyirikan
yang besar yang telah dilakukan terhadap Allah.
"Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan
pendeta-pendeta mereka sebagai Tuhan-Tuhan selain Allah, juga terhadap al-Masih
putera Maryam; padahal mereka tidak diperintahkan melainkan agar menyembah Tuhan
Yang Satu; yang tidak ada Tuhan selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka
persekutukan." (Qs. al-Bara'ah 9:31)
"Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa
yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak pula
kemanfa'atan, namun mereka berkata: "Mereka itu penolong-penolong kami pada sisi
Allah !". Katakanlah:"Apakah kamu mau menjelaskan kepada Allah apa yang tidak
diketahui-Nya di langit-langit dan dibumi ?" ; Maha Suci Allah dan Maha Tinggi
Dia dari apa yang mereka persekutukan." (Qs. Yunus 10:18)
Penyakit syirik ini dapat mengenai dan
menyertai siapa saja, tidak terkecuali didalam orang-orang Islam yang mengaku
bertauhid. Untuk itulah Allah memberikan perintah internal kepada umat Muhammad
ini agar sebelum mereka melakukan Islamisasi kepada orang lain, dia harus
terlebih dahulu mengIslamkan dirinya secara keseluruhan alias Kaffah dengan
jalan mentaati apa-apa yang sudah digariskan dan dicontohkan oleh Rasul Muhammad
Saw sang Paraclete yang agung, Kalky Authar yang dijanjikan.
Bagaimana orang Islam dapat melakukan satu
kesyirikan kepada Allah, yaitu satu perbuatan yang mustahil terjadi sebab dia
senantiasa mentauhidkan Allah ?
Sejarah mencatatkan kepada kita, berapa banyak
orang-orang Muslim yang melakukan pemujaan dan pengkeramatan terhadap sesuatu
hal yang sama sekali tidak ada dasar dan petunjuk yang diberikan oleh
Nabi.
Dimulai dari pemberian sesajen kepada lautan,
pemandian keris, peramalan nasib, pemakaian jimat, pengagungan kuburan,
pengkeramatan terhadap seseorang dan seterusnya dan selanjutnya. Inilah satu
bentuk kesyirikan terselubung yang terjadi didalam diri dan tubuh kaum Muslimin
kebanyakan.
Mereka lebih takut kepada tokoh Roro Kidul
ketimbang kepada Allah, mereka lebih hormat kepada kyai ketimbang kepada Nabi.
Mereka lebih menyukai membaca serta mempercayai isi kitab-kitab primbon dan
kitab-kitab para ulama atau imam Mazhab tertentu ketimbang membaca dan
mempercayai kitab Allah, al-Qur'anul Karim.
Adakah orang-orang yang begini ini disebut
sebagai Islam yang kaffah ?
Sudah benarkah cara mereka beriman kepada Allah ?
Sudah benarkah cara mereka beriman kepada Allah ?
Saya yakin, kita semua membaca al-Fatihah
didalam Sholat, dan kita semua membaca "Iyyaka na'budu waiyya kanasta'in" yang
artinya "Hanya kepada Engkaulah (ya Allah) kami mengabdi dan hanya kepada
Engkaulah (ya Allah) kami memohon pertolongan".
Ayat ini berindikasikan penghambaan kita kepada
Allah dan tidak memberikan sekutu dalam bentuk apapun sebagaimana juga isi dari
surah al-Ikhlash :
"Katakan: Dialah Allâh yang Esa. Allâh tempat bergantung. Tidak beranak dan
tidak diperanakkan. Dan tidak ada bagi-Nya kesetaraan dengan apapun."
(Qs. al-Ikhlash 112:1-4)
Hanya sayangnya, manusia terlalu banyak yang
merasa angkuh, pongah dan sombong yang hanyalah merupakan satu penutupan dari
sifat kebodohan mereka semata sehingga menimbulkan kezaliman-kezaliman, baik
terhadap diri sendiri dan juga berakibat kepada orang lain bahkan hingga kepada
lingkungan.
Untuk mendapatkan kekayaan, kedudukan maupun
kesaktian, tidak jarang seorang Muslim pergi kedukun atau paranormal, memakai
jimat, mengadakan satu upacara ditempat-tempat tertentu pada malam-malam
tertentu dan di-ikuti pula dengan segala macam puasa-puasa tertentu pula yang
tidak memiliki tuntunan dari Allah dan Rasul-Nya.
Apakah mereka-mereka ini masih bisa disebut
sebagai seorang Islam yang Kaffah ?
Dengan tindakan mereka seperti ini, secara tidak langsung mereka sudah meniadakan kekuasaan Allah, mereka menjadikan semuanya itu selaku Tuhan-tuhan yang berkuasa untuk mengabulkan keinginan mereka.
"Dan sebagian manusia, ada orang-orang yang
menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana
mereka mencintai Allah. Tetapi orang-orang yang beriman adalah amat sangat
cintanya kepada Allah." (Qs. Al-Baqarah
2:165)
Kepada orang-orang seperti ini, apabila
diberikan peringatan dan nasehat kepada jalan yang lurus, mereka akan berubah
menjadi seorang pembantah yang paling keras.
"Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi
bagi manusia dalam al-Qur'an ini bermacam-macam perumpamaan. Tetapi manusia
adalah makhluk yang paling banyak membantah." (Qs.
al-Kahf 18:54)
"Tidakkah engkau pikirkan orang-orang yang
membantah tentang kekuasaan-kekuasaan Allah ? Bagaimana mereka bisa dipalingkan
?" (Qs. al-Mu'min 40:69)
Orang-orang sekarang telah banyak yang salah
pasang ayat, mereka katakan bahwa apa yang mereka lakukan itu bukanlah suatu
kesyirikan melainkan satu usaha atau cara yang mesti ditempuh, sebab tanpa usaha
Tuhan tidak akan membantu.
Memang benar sekali, tanpa ada tindakan aktif
dari manusia, maka tidak akan ada pula respon reaktif yang timbul sebagai satu
bagian dari hukum alam sebab-akibat. Akan tetapi, mestikah kita mengaburkan
akidah dengan dalil usaha ?
Anda ingin kaya maka bekerja keras dan
berhematlah semampu anda, anda ingin mendapatkan penjagaan diri maka masukilah
perguruan-perguruan beladiri entah silat, karate, kempo, tenaga dalam dan
sebagainya.
Anda ingin pintar maka belajarlah yang rajin
begitu seterusnya yang pada puncak usaha itu haruslah dibarengi dengan doa
kepada Allah selaku penyerahan diri kepada sang Pencipta atas segala
ketentuan-Nya, baik itu untuk ketentuan yang bagus maupun ketentuan yang tidak
bagus.
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia
amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk
bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (Qs. al-Baqarah 2:216)
"Yang demikian itu adalah nasehat yang
diberikan terhadap orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, karena
barang siapa berbakti kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan jalan bagi
mereka satu pemecahan; dan Allah akan mengaruniakan kepadanya dari jalan yang
tidak ia sangka-sangka; sebab barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya
Allah akan menjadi pencukupnya. Sesungguhnya Allah itu pelulus urusan-Nya,
sungguh Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap sesuatu." (Qs. at-Thalaq
65:2-3)
Bukankah hampir semua dari kita senantiasa
hapal dan membaca ayat dibawah ini dalam doa iftitahnya ?
"Sesungguhnya Sholatku, Ibadahku, hidup dan
matiku hanya untuk Allah Tuhan sekalian makhluk, tiada serikat bagi-Nya, karena
begitulah aku diperintahkan." (Qs. al-An'aam 6:162-163)
Anda membutuhkan perlindungan dari segala macam
ilmu-ilmu jahat, membutuhkan perlindungan dari orang-orang yang bermaksud
mengadakan rencana yang jahat dan keji, maka berimanlah anda secara
sungguh-sungguh kepada Allah dan Rasul-Nya, InsyaAllah, apabila anda benar-benar
Kaffah didalam Islam, Allah akan menepati janji-Nya untuk memberikan Rahmat-Nya
kepada kita.
"Dan ta'atilah Allah dan Rasul, supaya kamu
diberi rahmat." (Qs. Ali Imran 3:132)
Rahmat Allah itu tidak terbatas, Rahmat bisa
merupakan satu perlindungan, satu pengampunan, Kasih sayang dan juga bisa berupa
keridhoan yang telah diberikan-Nya kepada kita.
Apakah anda tidak senang apabila Tuhan meridhoi
anda ?
Seorang anak saja, apabila dia telah mendapatkan restu dan ridho dari kedua orangtuanya, anak tersebut akan memiliki ketenangan dan penuh suka cita didalam melangkah, apakah lagi ini yang didapatkan adalah keridhoan dari Ilahi, Tuhan yang menciptakan seluruh makhluk, yang berkuasa atas segala sesuatu ?
Jika Allah ridho kepada kita, maka percayalah
Allah akan membatalkan dan mengalahkan musuh-musuh kita. Maka dari itu
berkepribadian Kaffah-lah didalam Islam, berimanlah secara tulus dan penuh
kesucian akidah.
Dalam kajian lintas kitab, kita akan mendapati
fatwa dari 'Isa al-Masih kepada para sahabatnya mengenai kekuatan Iman
:
Terjemahan Resmi: Baru: Matius: 17
17:19 Kemudian murid-murid Yesus datang dan ketika mereka sendirian dengan dia, bertanyalah mereka: "Mengapa kami tidak dapat mengusir setan itu?"
17:19 Kemudian murid-murid Yesus datang dan ketika mereka sendirian dengan dia, bertanyalah mereka: "Mengapa kami tidak dapat mengusir setan itu?"
17:20 Ia berkata kepada mereka: "Karena kamu
kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu
mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini:
Pindah dari tempat ini ke sana, --maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada
yang mustahil bagimu.
al-Qur'an pun memberikan gambaran :
al-Qur'an pun memberikan gambaran :
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu
tentang Aku, maka jawablah, bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan
permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka
itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar
mereka selalu berada dalam kebenaran. (Qs. 2 al-Baqarah: 186)
Kita lihat, Allah akan mendengar doa kita, Dia
akan memberikan Rahmat-Nya kepada kita dengan syarat bahwa terlebih dahulu kita
harus mendengarkan dan percaya kepada-Nya, mendengar dalam artian mentaati
seluruh perintah yang telah diberikan oleh Allah melalui para Nabi dan
Rasul-Nya, khususnya kepada Rasul Muhammad Saw selaku Nabi terakhir yang
universal.
Tidak perlu anda mendatangi tempat-tempat
keramat untuk melakukan tapa-semedi, berpuasa sekian hari atau sekian malam
lamanya dengan berpantang makan ini dan makan itu atau juga menyimpan,
menggantung jimat sebagai penolak bala, pemanis muka, atau sebagai aji
wibawa.
Ambillah al-Qur'an, bacalah dan pelajarilah,
amalkan isinya ... maka dia akan menjadi satu jimat yang sangat besar sekali
yang mampu membawa anda tidak hanya lepas dari derita dunia yang bersifat
temporary, namun juga derita akhirat yang bersifat long and abide.
Yakinlah, bahwa sekali anda mengucapkan kalimah
"Laa ilaaha illallaah" (Tiada Tuhan Selain Allah), maka patrikan didalam hati
dan jiwa anda, bahwa jangankan ilmu-ilmu jahat, guna-guna, santet, Jin, Iblis
apalagi manusia dengan segenap kemampuannya, Tuhan-pun tidak ada.
Kenapa demikian ?
Sebab dunia ini telah dibuat terlalu banyak memiliki Tuhan-tuhan, semua berhala-berhala yang disembah oleh manusia dengan beragam caranya itu tetap dipanggil Tuhan oleh mereka, entah itu Tuhan Trimurti, Tuhan Tritunggal, Tuhan anak, Tuhan Bapa, Tuhan Budha dan seterusnya.
Manusiapun sudah menjadikan harta, istri dan
anak-anak sebagai Tuhan, menjadikan para ulama sebagai Tuhan, menjadikan perawi
Hadis sebagai Tuhan, menjadikan keluarga Nabi sebagai Tuhan dan
seterusnya.
Karena itu Tauhid yang murni adalah Tauhid yang
benar-benar meniadakan, menafikan segala macam jenis bentuk ketuhanan yang ada,
untuk kemudian disusuli dengan keberimanan, di-ikuti dengan keyakinan, mengisi
kekosongan tadi dengan satu keberadaan, bahwa yang ada dan kita akui hanyalah
Tuhan yang satu, tanpa berserikat dan esa dalam berbagai penafsiran.
Itulah intisari dari Iman didalam Islam,
intisari seluruh ajaran dan fatwa para Nabi terdahulu, dimulai dari Nuh, Ibrahim
terus kepada Ismail, Ishak, Ya'kub, Musa hingga kepada 'Isa al-Masih dan
berakhir pada Muhammad Saw.
Itulah senjata mereka, itulah jimat yang mereka
pergunakan didalam menghadapi segala jenis kebatilan, segala macam kedurjanaan
yang tidak hanya datang dari manusia namun juga datang dari syaithan yang
terkutuk.
Dalam salah satu Hadits Qudsi-Nya, Allah
berfirman :
"Kalimat Laa ilaaha illallaah adalah benteng pertahanan-Ku; dan barangsiapa yang memasuki benteng-Ku, maka ia aman dari siksaan-Ku." (Riwayat Abu Na'im, Ibnu Hajar dan Ibnu Asakir dari Ali bin Abu Thalib r.a.)
Nabi Muhammad Saw juga bersabda :
"Aku sungguh mengetahui akan adanya satu kalimat yang tidak seorangpun hamba bilamana mengucapkannya dengan tulus keluar dari lubuk hatinya, lalu ia meninggal, akan haram baginya api neraka. Ucapan itu adalah : Laa ilaaha illallaah."(Riwayat Bukhari dan Muslim)
Untuk itu, marilah sama-sama kita memulai hidup
Islam yang kaffah sebagaimana yang sudah diajarkan oleh para Nabi dan Rasul,
sekali kita bersyahadat didalam Tauhid, maka apapun yang terjadi sampai maut
menjemput akan tetap Allah sebagai Tuhan satu-satunya yang tiada memiliki anak
dan sekutu-sekutu didalam zat maupun sifat-Nya.
Cobalah anda ikrarkan : Apapun yang terjadi
sampai saya mati akan tetap berpegang kepada Laa ilaaha illallaah.
Segera kita tanggalkan segala bentuk
kepercayaan terhadap hal-hal yang berbau khurafat, kita ikuti puasa yang
diajarkan oleh Islam, kita contoh prilaku Nabi dalam keseharian, kita turunkan
berbagai rajah dan tulisan-tulisan maupun bungkusan-bungkusan hitam yang kita
anggap sebagai penolak bala atau juga pemanis diri yang mungkin kita dapatkan
dari para dukun, paranormal atau malah juga kyai.
Nabi Muhammad Saw bersabda :
"Barangsiapa menggantungkan jimat penangkal pada tubuhnya, maka Allah tidak akan menyempurnakan kehendaknya." (Hadist Riwayat Abu Daud dari Uqbah bin Amir)
"Barangsiapa menggantungkan jimat penangkal pada tubuhnya, maka Allah tidak akan menyempurnakan kehendaknya." (Hadist Riwayat Abu Daud dari Uqbah bin Amir)
"Ibnu Mas'ud berkata: Aku mendengar Rasulullah
Saw bersabda, mantera-mantera, tangkal dan guna-guna adalah syirik."
(Hadist Riwayat Ahmad dan Abu Daud )
"Sa'id bin Jubir berkata: orang yang memotong
atau memutuskan tangkal (jimat) dari manusia, adalah pahalanya bagaikan
memerdekakan seorang budak." (Diriwayatkan oleh
Waki')
Percayalah, Allah adalah penolong
kita.
"Sesuatu bahaya tidak mengenai melainkan dengan
idzin Allah." (Qs. at-Taghabun 64:11)
"Hai orang-orang yang beriman, ingatlah ni'mat
Allah kepadamu tatkala satu kaum hendak mengulurkan tangannya untuk mengganggu,
lalu Allah menahan tangan mereka daripada (sampai) kepada kamu; dan berbaktilah
kepada Allah; hanya kepada Allah sajalah hendaknya Mu'minin berserah
diri." (Qs. al-Maaidah 5:11)
Apabila setelah kita melepaskan seluruh
kebiasaan buruk tersebut kita mendapatkan musibah, bukan berarti Allah berlepas
tangan pada diri kita dan kitapun bertambah mendewakan benda-benda, ilmu-ilmu
yang pernah kita miliki sebelumnya.
Akan tetapi Allah benar-benar ingin
membersihkan kita dari segala macam kemunafikan, menyucikan akidah kita, hati
dan pikiran kita sehingga benar-benar berserah diri hanya kepada-Nya
semata.
"Apakah manusia itu menyangka bahwa mereka akan
dibiarkan berkata: "Kami telah beriman", padahal mereka belum diuji lagi ?" (Qs.
al-Ankabut 29:2)
"Dan sebagian dari manusia ada yang berkata:
"Kami beriman kepada Allah", tetapi manakala ia diganggu dijalan Allah, maka ia
menjadikan percobaan manusia itu seperti adzab dari Allah; dan jika datang
pertolongan dari Tuhan-mu, mereka berkata: "Sungguh kami telah berada
bersamamu."; Padahal bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada dalam
dada-dada makhluk ?" (Qs. al-Ankabut
29:10)
"Dan sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang
yang beriman dan mengetahui orang-orang yang munafik." (Qs. al-Ankabut
29:11)
Nabi juga bersabda :
"Bilamana Allah senang kepada seseorang, senantiasa menimpakan cobaan baginya supaya didengar keluh kesahnya." (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Bagaimana bila sebagai satu konsekwensi dari
usaha kembali kepada jalan Allah tersebut kita gugur ? Jangan khawatir, Allah
telah berjanji bagi orang-orang yang sudah bertekad untuk kembali pada kebenaran
:
"Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta
berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi
derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapatkan
kemenangan."
(Qs.at-Taubah 9:20)
(Qs.at-Taubah 9:20)
"Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir
dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang
dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku
masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya. Sebagai
pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik".
(Qs. ali Imran 3:195)
"Karena itu, hendaklah orang-orang yang menukar
kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat berperang di jalan Allah. Barangsiapa
yang berperang di jalan Allah, lalu gugur atau memperoleh kemenangan maka kelak
akan Kami berikan kepadanya pahala yang besar." (Qs. an-Nisa' 4:74)
Kembali kejalan Allah adalah satu hijrah yang
sangat berat, godaan dan gangguan pasti datang menerpa kita dan disanalah kita
dipesankan oleh Allah untuk melakukan jihad, melakukan satu perjuangan,
melibatkan diri dalam konflik peperangan baik dengan harta maupun dengan jiwa
(tentunya ini tidak berlaku bagi mereka yang cuma melakukan teror dengan
membunuh diri).
Dengan harta mungkin kita harus siap apabila
mendadak jatuh miskin atau juga melakukan kedermawanan dengan menyokong seluruh
aktifitas kegiatan umat Islam demi tegaknya panji-panji Allah; berjihad dengan
jiwa artinya kita harus mempersiapkan mental dan phisik dalam menghadapi segala
kemungkinan yang terjadi akibat ketidak senangan sekelompok orang atau makhluk
dengan hijrah yang telah kita lakukan ini.
Apakah anda akan heran apabila pada waktu anda
masih memegang jimat anda merupakan orang yang kebal namun setelah jimat anda
tanggalkan anda mendadak bisa tergores oleh satu benturan kecil ditempat tidur ?
Bagaimana anda memandang keperkasaan seorang Nabi yang agung yang bahkan dalam
perperanganpun bisa terluka dan juga mengalami sakit sebagaimana manusia normal
?
Percayalah, berilmu tidaknya anda, berpusaka
atau tidak, bertapa maupun tidaknya anda bukan satu hal yang serius bagi Allah
apabila Dia sudah menentukan kehendak-Nya kepada kita.
"Berupa apa saja rahmat yang Allah anugerahkan
kepada manusia, maka tidak ada satupun yang bisa menahannya; dan apa saja yang
ditahan oleh Allah maka tidak ada seorangpun yang sanggup untuk melepaskannya
sesudah itu. Dan Dialah Yang Gagah, yang Bijaksana." (Qs. Fathir 35:2)
Apabila memang sudah waktunya bagi kita untuk
mendapatkan musibah (baik itu berupa maut dan lain sebagainya) maka dia tetap
datang tanpa bisa kita mundurkan atau juga kita majukan, tidak perduli anda
punya ilmu, punya jimat atau seberapa tinggi kedudukan sosial anda.
"Bagi tiap-tiap umat ada batas waktunya; maka
apabila telah datang waktunya maka mereka tidak dapat meminta untuk diundurkan
barang sesaatpun dan tidak dapat meminta agar dimajukan." (Qs. al-A'raf 7:34)
"Masing-masing Kami tolong mereka ini dan
mereka itu, sebab tidaklah pemberian Tuhanmu itu terhalang."
(Qs. al-Israa 17:20)
(Qs. al-Israa 17:20)
Demikianlah, semoga kita semua bisa mendapatkan
hikmah dari tulisan ini.
Wassalam,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar