SATU LAGI BUKTI KEBODOHAN KAUM KAFIR, MEREKA TIDAK TAHU KEDUDUKAN KA’BAH DALAM ISLAM…
INILAH BUKTI KESEMPURNAAN ISLAM, AGAMA MANAKAH SELAIN ISLAM YANG MEMPUNYAI KIBLAT DALAM BERIBADAH ???
MEREKA TIDAK MEMPUNYAI KIBLAT, BAIK KIBLAT IBADAH, KIBLAT SURI TAULADAN, KIBLAT AJARAN DAN HUKUM DLL, MAKA PANTASLAH MEREKA MENJADI UMAT YANG KEBINGUNGAN…
Ada beberapa kalangan di luar Islam yang mereka tidak faham, tidak mengerti tentang Islam, mereka berkata : “Lihatlah orang-orang Islam, mereka menyembah ka’bah !”
Hadits Umar bin Khathab Mengenai batu hitam, hajar aswad,
Umar bin Khathab berkata, “Aku tahu bahwa engkau hanyalah sebongkah batu yang tidak dapat mendatangkan mudarat maupun manfaat. Seandainya aku tidak melihat Rasulullah menciummu, niscaya aku tidak akan menciummu.” (HR. Bukhari)
Ka’bah hanyalah benda mati, ia hanya dijadikan oleh Allah Jalla wa ‘Ala sebagai kiblat umat muslim dalam ibadah khususnya sholat dan haji.Perkataan atau ucapan mereka ini didasari atas mereka melihat kaum muslimin ketika sholat menghadap ke arah ka’bah, lalu mereka berkesimpulan : orang Islam menyembah ka’bah.
Terhadap ucapan jelek mereka ini kita jawab : Sesungguhnya orang-orang Islam hanya menjadikan Ka’bah sebagai arah hadap dalam menyembah Allah, bukan menyembah ka’bah. Sebagaimana firman Allah Subhanallah Ta’ala :
فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَذَا الْبَيْتِ
“Hendaklah mereka menyembah kepada Tuhan, Allah ta’ala, Tuhan Yang memiliki Rumah ini, Yang memiliki Ka’bah.”(Kitab Suci Alqur’an. Quraisy : 3)
Ayat diatas bermakna dan mempunyai pengertian bahwa baitullah (ka’bah) adalah benda milik Allah Subhanallah Ta’ala, dan Allah Ta’ala memerintahkan untuk menyembah pemilik ka’bah !!
Ka’bah sendiri berarti kubus persegi empat yang dalamnya kosong, tidak ada apa-apanya. Adapun Hajar Aswad ada di pojokan luar ka’bah, bukan ditengah-tengah ka’bah. Kemudian fungsi Ka’bah hanyalah sebagai arah hadap, karena Qiblat artinya arah hadap
Dapat dibayangkan andaikata umat Islam tidak punya arah qiblat, maka bagaimana sholat jama’ah mereka ? Imamnya ingin ke utara, makmumnya mungkin ada yang ingin ke selatan, ada yang ingin ke barat, bisa berantakan sholat jama’ahnya. Supaya orang Islam berada di dalam satu kesatuan dengan persatuan yang kuat ketika mereka menyembah Allah Subhanallah Ta’ala, maka Allah Subhanallah Ta’ala menetapkan arah qiblat. Dan ini bukan berarti orang Islam menyembah Ka’bah. Walaupun mereka menghadap ka’bah tetapi ini bukan berarti orang Islam menyembah ka’bah. Kenapa ? Karena orang Islam hanya menjadikan ka’bah sebagai pematok arah. Karena yang namanya pematok arah tidak akan sempurna kalau tidak terlihat. Maka dibangunlah oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Isma’il ka’bah sebagai pematok arah supaya orang melihat : ke arah sana, ke arah ka’bah hendaknya kaum muslimin seluruh dunia menyatukan arah.
Tidak mungkin ! Maka kaum muslimin diperintahkan menghadap ke arah yang sama dengan satu patok yang sama, yaitu ka’bah. Bukti kalau orang Islam tidak menyembah ka’bah yaitu sebelum orang Islam menyembah Allah Subhanallah Ta’ala dengan menghadap ke arah ka’bah, lebih dahulu Allah Subhanallah Ta’ala memerintahkan mereka menghadap ke arah Baitul Maqdis. Jadi kita, pada awal-awal Islam, kita diperintahkan menyembah Allah Subhanallah Ta’ala dengan menghadap kearah Baitul Maqdis yang ada di Palestina. Ini pada awal-awal Islam. Sampai kemudian turun ayat akibat Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam dicemooh oleh orang-orang Yahudi : Lihatlah orang-orang Islam, mereka mengikuti qiblat kami !” kata orang-orang Yahudi. Karena orang Islam ketika awal-awal Islam mereka sholat dengan menghadap ke Yerussalem, menghadap ke Baitul-Maqdisdi Palestina. Maka ini mengundang cemoohan orang-orang Yahudi. Ini membuat Rasululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam selalu meminta kepada Alloh berkali-kali : Ya Allah, Ya Allah. Meminta agar dipalingkan, dikembalikan qiblatnya, arah hadapnya ke Baitulloh, ke Ka’bah, ke Masjidil-Haram.
Andaikata orang Islam, Rasululloh dan kaum muslimin menyembah ka’bah, tidak perlu Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam minta ijin meminta kepada Alloh, bahkan berkali-kali agar dapat dihadapkan kembali ke MasjidilHaram, sebagaimana pada zaman Nabi Ibrohim dan Nabi Isma’il ‘alaihimas-salaam. Sampai akhirnya Allah Subhanallah Ta’ala turunkan ayat :
قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِيالسَّمَاءِ
“Kami sering melihatmu, kata Allah Subhanallah Ta’ala : Kami sering melihatmu membolak-balikkan wajahmu ke langit, ” Apa artinya ? Kami sering melihatmu hai Muhammad – shollallohu ‘alaihi wa sallam – membolak-balikkan wajahmu ke langit,yaitu memohon kepada Allah. Ini, Rasul harus memohon berkali-kali agar bisa dihadapkan kembali ke MasjidilHaram. Andaikata Rasul menyembah ka’bah, orang Islam menyembah ka’bah, tidak perlu memohon kepada Allah Subhanallah Ta’ala agar dipindahkan arah qiblatnya ke Baitullah.
فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا
“Maka sekarang hadapkanlah wajahmu ke arah mana, qiblat mana yang kamu ridhoi.”
Allah kabulkan permohonan Nabi setelah Nabi berulang-ulang memohon kepada Allah
فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِالْحَرَامِ
“Maka sekarang hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram.”
Allah Subhanallah Ta’ala memerintahkan kaum muslim untuk menghadapkan diri dalam beribadah kearah Masjidil Haram, dan Ingat bahwa Allah tidak pernah menyuruh umatnya untuk menyembah Ka’bah, hanya menghadap. Hadapkanlah wajahmu kearah Masjidil Haram. Jadi terbukti bahwa Ka’bah hanya sebagai arah hadap kaum muslim untuk menyembah Allah Subhanallah Ta’ala. Bukti lain bahwa Ka’bah hanya sebagai arah hadap kaum muslim dalam beribadah ialah bahwa Rasulullah SAW dan para sahabatnya pernah melakukan ibadah sholat didalam Ka’bah.
Dicontohkan oleh Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam : Rasul masuk ke dalam Ka’bah, lalu menjadikan pintu Ka’bah di belakang punggungnya, yang artinya, berarti Hajar Aswad ada pula di belakang sebelah kiri beliau. Lalu beliau sholat di dalam Ka’bah dengan menghadap ke arah mana beliau menghadap, yaitu ke arah depan, yaitu sejarak 3 hasta dari depan, 3 hasta dari tembok depan, kemudian Rasulullah shollallohu’alaihi wa sallam berhenti dan sholat di situ. Demikian pula para shahabat Nabi, mereka sholat di beberapa pojokan-pojokan Ka’bah. Dan ini tidak menjadi masalah. Ke arah mana pun mereka menghadap ketika mereka di dalam Ka’bah, mereka ada di arah qiblat. Sehingga ke mana pun mereka menghadap, tidak masalah.
Ka’bah adalah ruang kosong, sehingga sholat didalam Ka’bah berarti ia sholat persis di arah Ka’bah, atau di arah qiblat. Ini menjadi dalil bahwasannya kaum muslimin tidakmenyembah Ka’bah, karena boleh saja orang Islam sholat di dalam Ka’bah sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi dan shahabatnya.
Andaikata kita, Nabi, Kaum Muslimin menyembah Ka’bah, tidak boleh mereka sholat di dalam Ka’bah.
Begitu pula Rasulullah SAW melarang para shahabat Nabi bersumpah dengan mengatakan : WAL-KA’BAH “Demi Ka’bah.” Rasul melarang. Rasul mengganti dengan WA ROBBIL-KA’BAH “Demi Tuhan Yang memiliki Ka’bah !” Karena tidak boleh bersumpah dengan selain nama Allah Subhanallah Ta’ala.
Ka’bah adalah qiblat, yaitu arah kaum muslimin menghadap dalam shalat mereka. Perlu dicatat bahwa walaupun kaum muslimin menghadap Ka’bah dalam sholat, mereka tidak menyembah Ka’bah. Kaum muslimin hanya menyembah dan bersujud kepada Allah. Ketika mereka melakukan thawaf di Ka’bah atau mencium Hajar Aswad, itu semua dilakukan sebagai bentuk ketaatan kepada Allah. Allah-lah yang memerintahkan kami kaum muslim untuk menyembah-Nya dengan cara seperti itu.
Islam menghendaki persatuan,
Ketika kaum muslimin hendak menunaikan sholat, bisa jadi ada sebagian orang yang ingin menghadap ke utara, sedangkan yang lainnya ingin menghadap ke selatan.Untuk menyatukan kaum muslimin dalam beribadah kepada Allah maka kaum muslimin dimana pun berada diperintahkan hanya menghadap ke satu arah, yaitu Ka’bah. Kaum muslimin yang tinggal di sebelah barat Ka’bah, mereka sholat menghadap timur. Begitu pula yang tinggal di sebelah timur Ka’bah, mereka menghadap barat.
Ka’bah adalah pusat peta dunia,
Kaum muslimin adalah umat pertama yang menggambar peta dunia. Mereka menggambar peta dengan selatan menunjuk ke atas dan utara ke bawah. Ka’bah berada di pusatnya. Kemudian, para kartografer Barat membuat peta terbalik dengan utara menghadap ke atas dan selatan ke bawah. Meski begitu, alhamdulillah, Ka’bah terletak di tengah-tengah peta.
Tawaf keliling Ka’bah untuk menunjukkan keesaan Allah,
Ketika kaum muslimin pergi ke Masjidil Haram di Mekah, mereka melakukan tawaf atau berkeliling Ka’bah. Perbuatan ini melambangkan keimanan dan peribadahan kepada satu Tuhan. Sama persis dengan lingkaran yang hanya punya satu pusat maka hanya Allah saja yang berhak disembah.
Orang berdiri di atas Ka’bah dan mengumandangkan azan Pada zaman Nabi,
orang bahkan berdiri di atas Ka’bah dan mengumandangkan azan. Bisa ditanyakan kepada mereka yang menuduh kaum muslimin menyembah Ka’bah; penyembah berhala mana yang berdiri di atas berhala sesembahannya?
Berikut hadis pendukung bahwa Ka’bah hanya berfungsi sebagai arah kiblat dan pemersatu umat Islam :
- Al-Barra’ mengatakan bahwa ketika Nabi SAW. pertama kali tiba di Madinah, beliau singgah pada kakek-kakeknya atau paman-pamannya dari kaum Anshar. Beliau melakukan shalat dengan menghadap ke Baitul Maqdis selama enam belas bulan atau tujuh belas bulan. Tetapi, beliau senang kalau kiblatnya menghadap ke Baitullah. (Dan dalam satu riwayat disebutkan: dan beliau ingin menghadap ke Ka’bah 1/104). Shalat yang pertama kali beliau lakukan ialah shalat ashar, dan orang-orang pun mengikuti shalat beliau. Maka, keluarlah seorang laki-laki yang telah selesai shalat bersama beliau, lalu melewati orang-orang di masjid [dari kalangan Anshar masih shalat ashar dengan menghadap Baitul Maqdis] dan ketika itu mereka sedang ruku. Lalu laki-laki itu berkata, “Aku bersaksi demi Allah, sesungguhnya aku telah selesai melakukan shalat bersama Rasulullah saw dengan menghadap ke Mekah.” Maka, berputarlah mereka sebagaimana adanya itu menghadap ke arah Baitullah [sambil ruku 8/134], [sehingga mereka semua menghadap ke arah Baitullah]. Orang-orang Yahudi dan Ahli Kitab suka kalau Rasulullah saw. shalat dengan menghadap ke Baitul Maqdis. Maka, ketika beliau menghadapkan wajahnya ke arah Baitullah, mereka mengingkari hal itu, [lalu Allah Azza wa Jalla menurunkan ayat 144 surat al-Baqarah, "Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit." Lalu, beliau menghadap ke arah Ka'bah. Maka, berkatalah orang-orang yang bodoh, yaitu orang-orang Yahudi, "Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?" Katakanlah, "Kepunyaan Allahlah timur dan barat. Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus." 7/104]. [Dan orang-orang yang telah meninggal dunia dan terbunuh dengan masih menghadap kiblat sebelum dipindahkannya kiblat itu, maka kami tidak tahu apa yang harus kami katakan tentang mereka, lalu Allah menurunkan ayat, "Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang" (Surat al-Baqarah - 143)].
- Abdullah bin Umar berkata, “Pada waktu orang-orang sedang melakukan shalat subuh di Quba’, tiba-tiba mereka didatangi seseorang (untuk menyampaikan berita). Orang itu berkata, ‘Sesungguhnya, malam tadi telah diturunkan kepada Rasulullah saw. Al-Qur’an (yakni wahyu). Beliau diperintahkan shalat menghadap ke Kabah. [Maka ingatlah, menghadaplah kalian ke Kabah! 5/152].’ Mereka lalu menghadap ke Ka’bah, padahal waktu itu wajah mereka sedang menghadap ke Syam. Mereka lalu menghadapkan wajahnya ke Ka’bah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar